Wto Sport – Putri dari Indro Warkop Hada Kusumonegoro membagikan pengalamannya sekaligus tips untuk menjadi orang yang merawat anggota keluarga sedang sakit atau “caregiver”.
Hada menjadi peran penting di keluarga saat mendiang ibunda, Nita, didiagnosis mengidap kanker paru pada 10 Agustus 2017 silam.
“Menjadi ‘caregiver’ bukan lah hal yang mudah, namun, masa-masa sulit ini tentu tidak akan berjalan selamanya, memberikan yang terbaik adalah satu-satunya cara,” kata Hada kepada ANTARA, saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/11).
“Caregiver” adalah tenaga profesional untuk melakukan pendampingan pada seseorang yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik sebagian atau keseluruhan karena keterbatasan fisik maupun mental.
Namun, kini maknanya telah bergeser dan sering disematkan bagi anggota keluarga atau orang dekat yang sedang merawat anggota keluarga lain.
Seperti yang dikatakan Hada, tentu tidak mudah untuk menjadi seorang “caregiver”. Merawat orang tercinta sering kali dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri, dan keseimbangan hidup secara keseluruhan.
Hal ini dapat menyebabkan stres, kemarahan, kecemasan, hingga kelelahan fisik dan mental yang mendalam. Seseorang yang sedang merawat orang sakit sering kali merasa terputus dari dunia luar.
Begitu banyak waktu dan energi yang dihabiskan untuk merawat orang lain, bahkan, sering kali tidak memiliki waktu untuk merawat diri mereka sendiri.
Hal ini yang juga dirasakan betul oleh Hada. Untuk menjadi “caregiver” seseorang perlu mampu berbesar hati untuk mengesampingkan kebutuhannya terlebih dahulu. Menghindari menangis di depan orang yang sedang butuh dukungan.
“Boleh sedih, tapi tidak boleh terlalu lama, boleh menangis tapi tidak perlu banyak yang tahu, sedih itu manusiawi, namun bila terlalu larut dalam kesedihanku mami tidak akan mendapat yang terbaik dariku, jadi kalau kita memang ingin menjadi seorang support system yang baik, kita harus berada pada kualitas terbaik diri,” kata Hada.
Menyiapkan fisik dan mental yang kuat adalah hal utama yang harus dilakukan untuk menjadi “caregiver”.
Meski begitu, bukan berarti “caregiver” tidak boleh memiliki waktu untuk diri sendiri. Hada menyebut, meski singkat, sempatkan diri untuk menumpahkan segala perasaan yang dirasakan, walau itu tidak dilihat oleh orang yang sedang sakit atau orang lain.
“Aku memberikan waktu untuk diriku menangis, di hari mami didiagnosis kanker, dan saat pemakaman aku menangis sekencang-kencangnya, tapi setelahnya aku masih menjadi orang yang harus menjaga orang lain, menjaga hatinya papa,” kata Hada.
“Nikmati rasa sakitnya, nikmati dukanya, lama-kelamaan akan terbiasa dan bisa menjalani hidup kembali,” tambahnya.
Jangan ragu untuk meminta pertolongan dari teman atau kerabat lain bila dirasa perlu bantuan, meski hanya sekadar ruang untuk berkeluh kesah. Hal ini penting untuk menyeimbangkan kesehatan mental dan fisik seorang “caregiver”.