Wto Sport – Pameran karya seni rupa dan foto jurnalistik bertajuk Kisah Rimba di Kota Denpasar, Bali, bertujuan untuk menginspirasi masyarakat agar lebih peduli mengenai isu hutan dan kondisi hutan di Tanah Air.
“Melalui pameran ini, kami ingin mendekatkan isu hutan kepada masyarakat dan untuk menginspirasi masyarakat supaya lebih peduli tentang hutan kita,” kata Director International Education and Outreach Pulitzer Center Intan Febriani di Denpasar, Jumat malam.
Pameran Kisah Rimba yang menampilkan 48 karya seni berupa lukisan, karikatur, komik, mural, instalasi dan foto jurnalistik dengan mengangkat berbagai isu mengenai hutan itu berlangsung dari 8-14 Desember 2023 di Gedung Dharma Negara Alaya, Kota Denpasar.
Intan dalam pembukaan Pameran Kisah Rimba ini menyampaikan pameran seni bertema hutan itu sebelumnya terinspirasi dari sejumlah tulisan jurnalis Indonesia mengenai hutan yang didukung pendanaannya oleh Pulitzer Center.
Tulisan dari jurnalis yang telah terkumpul, kemudian oleh para seniman, bebas untuk direspons menjadi karya seni. Para seniman tersebut sebelumnya dikumpulkan oleh dua orang kurator yaitu Made Bayak dan Ismar Patrizki.
“Kami percaya bahwa tulisan jurnalistik itu mencerahkan, mengedukasi dan menginspirasi aksi. Kami ingin mendekatkan isu hutan ini pada masyarakat. Ini seperti dialog antara jurnalisme dan seni,” ucapnya.
Melalui pameran Kisah Rimba juga diharapkan agar masyarakat dapat turut serta menjaga kelestarian hutan. “Orang yang tinggal di kota jauh dari hutan, sebenarnya kehidupan kita bergantung dari hutan sebagai sumber makanan dan peredam laju perubahan iklim,” katanya.
Sementara itu, Made Bayak, selaku kurator pameran Kisah Rimba mengatakan pemilihan seniman dari Bali yang terlibat memang sudah dimengerti mengenai kekaryaan mereka dari jauh-jauh hari.
“Mereka saya pilih karena memang konsisten menyuarakan hal-hal yang terjadi mengenai isu lingkungan, sosial, budaya, politik. Jadi tidak semata hanya membuat karya untuk pameran ini. Saya sudah mengetahui rekam jejak mereka dan sering nongkrong bareng sehingga tahu apa yang mereka kerjakan,” ujarnya.
Karya seni yang dipamerkan, lanjut Bayak, juga merupakan hasil kolaborasi antara artikel-artikel dari para jurnalis terpilih yang bertemakan hutan atau isu lingkungan.
Ismar Patrizki menambahkan, terkait pemilihan foto jurnalistik dalam pameran Kisah Rimba memang sudah dicari dari awal yang sesuai dengan tema.
“Kami mencoba menghubungi dan menggandeng beberapa teman yang memiliki proyek tentang hutan. Kami mengkolaborasikan antara fotografi dengan karya seni rupa lainnya, yang dirangkai menjadi bercerita tentang rimba,” ucapnya.
Ismar berharap lewat pameran Kisah Rimba dapat memantik kepedulian dan perhatian masyarakat umum tentang bagaimana kondisi hutan di Indonesia, kondisi alam terkini dan lingkungan di sekitar kita.
“Foto jurnalistik merupakan data atau imaji faktual yang nyata bahwa ada kondisi lingkungan dan hutan seperti ini sehingga saling melengkapi dengan karya seni yang tersaji,” katanya.
Para seniman yang karyanya ditampilkan dalam pameran Kisah Rimba diantaranya Bayak dan Damar, Gus Dark, Slinat, Gennetik, Ulet Ifansasti, Hafidz Mubarak, serta dari komunitas Circle of Youth.
Selain pameran karya seni, juga akan diisi pemutaran film dan diskusi, workshop seni cukil, workshop melukis dengan teknik lukisan Batuan maupun diskusi bersama para seniman.