Wto Sport – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan teknologi ozon yang dipakai untuk pengawetan bisa menjadi solusi untuk mengurangi food loss atau sampah makanan terutama dari pasca panen.Periset Teknologi Tepat Guna BRIN Anto Tri Sugiarto dalam keterangan di Jakarta, Jumat, mengatakan ozon lebih baik dari ultraviolet dalam membunuh mikroba, virus, jamur hingga bakteri, sehingga hasil pertanian bisa disimpan lebih lama.
“Gas ozon merupakan allotrope sebagai bentuk lain dari gas oksigen dan dari prosesnya secara alami terbentuk di alam,” kata Anton.Komoditas hortikultura mengalami kehilangan hasil pertanian sekitar 35 persen, bahkan bisa mencapai 50 persen. Pada masa penyimpanan produk pertanian mengalami penurunan mutu berkaitan langsung dengan perubahan sifat fisik, kimia maupun mikrobiologi.Oleh karena itu, teknologi penanganan produk pertanian untuk mempertahankan mutu, kesegaran, dan keamanan menjadi sangat penting mengingat adanya peningkatan tuntutan konsumen yang ingin produk pertanian lebih berkualitas, kondisi segar serta aman.Anto menjelaskan bahwa ozon memiliki efek bakterisida kuat yang mampu menghancurkan mikroorganisme, seperti virus dan bakteri. Bahkan, ozon dalam bentuk nano dapat meningkatkan transfer massa ozon dan efektivitas dalam oksidasi serta penghilangan patogen berbahaya.
“Teknologi air nanobubble ozon dapat mengurangi residu pestisida dan memperpanjang umur simpan,” ucapnya.Lebih lanjut Anto mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk negara produsen pertanian, tetapi banyak membuang produk pertanian yang mengakibatkan impor pangan.Setiap penduduk Indonesia menghasilkan food loss 300 kilogram per tahun. Kondisi itu lantas menempatkan Indonesia berada pada urutan ketiga food loss dan food waste. terbesar dunia setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Aplikasi ozon gas maupun cair mampu menghilangkan kontaminasi pestisida dan menginaktivasi mikroorganisme. Kontribusi teknologi ozon terhadap food loss dan food waste mulai dari penanaman (pupuk), pasca panen, penyimpanan, distribusi sampai ke tempat konsumen mencapai 5 hingga 20 persen.