Wto Sport – China dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) terus berupaya mempererat persahabatan dan kali ini melalui kompetisi sepak takraw bertajuk ASEAN Cup International Sepaktakraw Invitational Tournament 2023.
Ajang kompetisi olahraga tradisional negara-negara Asia Tenggara itu diselenggarakan di gimnasium Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan Qiannan di Huishui, Prefektur Otonom Etnis Buyi dan Miao Qiannan, Provinsi Guizhou, China barat daya, dan baru saja berakhir pada Selasa (21/11) lalu.
Turnamen tersebut menarik minat lebih dari 60 atlet asal China, Malaysia, Indonesia, Laos, dan Vietnam yang bertanding selama empat hari untuk memperebutkan gelar juara sepak takraw beregu putra dan putri serta beregu tiga.
Dengan meraih dua emas dari empat emas yang diperebutkan, Indonesia menjadi juara umum di ajang ini. Pemain putra Indonesia, Muhammad Hardiansyah Muliang, tak kuasa mengungkapkan kegembiraannya.
“Saya sangat senang bisa datang ke China dan membantu tim saya meraih dua medali emas. Atmosfer penonton di sini sangat bagus, yang memberikan kami semangat luar biasa selama kompetisi dan sangat membantu saya,” ujar Muliang, seraya menambahkan bahwa dirinya berharap China akan mengadakan lebih banyak kompetisi serupa di masa depan untuk memperdalam hubungan emosional kedua negara.
Sepak takraw, atau dikenal juga sebagai “bola voli kaki”, merupakan olahraga tradisional asal Asia Tenggara yang sebagian besar menggunakan kaki, tungkai, bahu, dan kepala untuk menyentuh bola.
Sepak takraw modern juga mengintegrasikan taktik sepak bola, bulu tangkis, akrobat, dan seni bela diri, serta merupakan olahraga yang indah, kompetitif dan membutuhkan keterampilan yang tinggi, yang selalu menghadirkan semangat dan hal-hal baru bagi para penontonnya.
“Guizhou dan ASEAN dihubungkan oleh pegunungan dan lautan, dan kerja sama mereka dalam bidang pendidikan, budaya, pariwisata, olahraga, dan aspek lainnya telah diperdalam dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Jing Qiwei, Direktur Departemen Olahraga Massal Biro Olahraga Provinsi Guizhou, yang memperkenalkan bahwa turnamen tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan persahabatan, serta mempromosikan pertukaran olahraga dan budaya di antara China dan negara-negara ASEAN.
Bagi Zhou Jipeng, seorang penonton berstatus pelajar, pengalaman pertama kali menyaksikan turnamen tersebut memungkinkannya belajar tentang “peran pengikat” sepak takraw di negara-negara ASEAN, dan berharap olahraga itu dapat membantu mempererat persahabatan antara China dan negara-negara ASEAN.
“Saya belajar melalui kompetisi ini bahwa sepak takraw merupakan bahasa persatuan di negara-negara ASEAN. Saya berharap China dan ASEAN terus meningkatkan rasa saling pengertian dan memperdalam persahabatan melalui lebih banyak lagi kompetisi olahraga seperti sepak takraw,” tambahnya.
Vu Thi Van Anh, anggota tim putri Vietnam yang memenangkan medali emas nomor beregu putri dalam kompetisi itu, merasa terkesan dengan antusiasme para penonton.
“Saya suka dengan para penontonnya,” ujarnya dengan penuh semangat, seraya menambahkan bahwa sorak-sorai penuh semangat dari penonton untuk para pemain di setiap pertandingan memberinya motivasi besar untuk berjuang di atas lapangan, serta membuat dia dan rekan-rekan setimnya merasa nyaman seperti berada di kandang sendiri.
Menurut Istiapriani, manajer tim Indonesia, China dan ASEAN terus memperkuat kerja sama yang mendalam di berbagai bidang seperti pendidikan, olahraga, dan budaya dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, hubungan di antara mereka kian mendalam.
“Turnamen invitasi sepak takraw ini juga merupakan salah satu langkah yang diambil China untuk membantu mempromosikan hubungan persahabatan antara China dan ASEAN,” ujar Istiapriyani, yang pernah berkunjung ke Kota Kunming di Provinsi Yunnan dan Jinhua di Provinsi Zhejiang itu.
Dia menambahkan bahwa jika China, Indonesia, dan negara-negara ASEAN lainnya terus memperluas pertukaran olahraga dan budaya untuk mempererat kerja sama, maka akan tercipta masa depan yang lebih baik bagi dunia.
Bagi Sounthone Khamsan, pelatih kepala tim putri Laos, dirinya berharap dapat datang ke China untuk mengikuti lebih banyak lagi kompetisi sepak takraw di masa mendatang.
“Kita dapat melihat bahwa China berkembang dengan pesat, dan kita harus terus berkomunikasi dan belajar dari China,” kata Khamsan, seraya menambahkan bahwa menggelar dan berpartisipasi dalam kompetisi olahraga merupakan cara untuk mempererat persahabatan dan sikap saling membantu antara China dan negara-negara ASEAN.