Wto Sport – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpaksa memindahkan pasokan dari gudang medis WHO di Gaza selatan dalam waktu 24 jam setelah adanya peringatan dari militer Israel bahwa serangan darat akan membuat gudang WHO tidak dapat diakses.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Senin (4/12), meminta Israel untuk mencabut perintah tersebut.
Ia juga mendesak Israel untuk “mengambil segala tindakan yang memungkinkan untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.”
COGAT (Koordinator Aktivitas Pemerintah Teritorial) Israel, yang merupakan cabang dari kementerian pertahanan Israel, dalam sebuah pernyataan membantah bahwa pihaknya telah meminta WHO untuk mengevakuasi gudang.
Lembaga itu mengatakan pihaknya sudah menjelaskan hal tersebut kepada perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pernyataan itu tidak menjelaskan lebih lanjut.
Shannon Barkley dari tim WHO di wilayah pendudukan Palestina mengatakan pada konferensi pers bahwa personel WHO di Gaza mampu “menyelesaikan sebagian evakuasi gudang ke fasilitas baru.”
Ahmed Al-Mandhari, direktur regional WHO untuk Mediterania Timur, mengatakan pada pengarahan tersebut bahwa peningkatan operasi darat militer oleh Israel di Gaza selatan, khususnya di Khan Younis, kemungkinan menyebabkan akses kesehatan bagi ribuan orang terputus.
Para pejabat WHO mengatakan bahwa, dengan banyaknya warga Gaza yang tidak dapat mengakses air bersih dan sanitasi, mereka khawatir wabah besar akan muncul.
WHO telah menyadari adanya peningkatan penyakit menular, termasuk infeksi saluran pernafasan akut, kudis, penyakit kuning, diare, dan diare berdarah, kata Al-Mandhari.
Richard Brennan dari Kantor Regional WHO untuk Mediterania Timur mengatakan para pejabat kesehatan juga mengkhawatirkan Hepatitis E, yang dapat ditularkan dari orang ke orang melalui air yang terkontaminasi dan merupakan risiko khusus bagi wanita hamil.
Sektor kesehatan di Gaza telah mengalami “degradasi besar-besaran,” kata Brennan. Saat ini, hanya ada 18 rumah sakit yang berfungsi, turun dari 36 rumah sakit sebelum perang.
Berbagai rumah sakit yang masih melayani itu juga beroperasi jauh di bawah kapasitasnya.
“Jadi kemampuan kita memenuhi kebutuhan menurun, sedangkan kebutuhan yang ada melonjak,” ujarnya.
Sumber: Reuters