Wto Sport – Sektor pariwisata dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus berjalan beriringan karena tujuan kedua bidang ini sama, yakni pengembangan perekonomian masyarakat.
Oleh karena itu, para pemangku sektor tersebut perlu berkolaborasi. Entah sektor wisata yang mendukung UMKM atau UMKM itu sendiri yang mendukung ramainya kunjungan wisatawan.
Singkatnya, jika objek wisata kurang berhasil menarik pengunjung, maka ciri khas oleh-oleh atau jajanan dan kuliner produk UMKM dituntut mampu menarik wisatawan.
Begitu juga sebaliknya, jika produk UMKM yang disajikan tidak berhasil menarik pengunjung, maka objek wisatanya yang harus berinovasi untuk menarik sebanyak-banyaknya pengunjung.
Di kawasan wisata air mancur menari Taman Sri Baduga (Situ Buleud), Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, misalnya, kolaborasi sektor pariwisata dan UMKM terlihat jelas.
Pemdasetempat benar-benar gesit dalam membangun sinergi pariwisata dan UMKM dalam upaya pengembangan perekonomian masyarakat, dengan membuka area kuliner dan jajanan di sekitar kawasan wisata Taman Sri Baduga.
Tidak tanggung-tanggung, sejak beberapa tahun terakhir hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengeluarkan kebijakan car free nightsetiap akhir pekan di Jalan KK Singawinata, yang merupakan akses menuju kawasan Taman Sri Baduga.
Di sepanjang jalan yang diberlakukan car free night, berjajar aneka jajanan, kuliner dan oleh-oleh khas Purwakarta.
Alhasil, jika di akhir pekan ada pertunjukan air mancur menari di Taman Sri Baduga, secara otomatis para pelaku UMKM yang menggelar lapak di area car free nightikut “menari kegirangan” karena lapak dagangannya banyak disinggahi pengunjung yang menyaksikan air mancur menari itu.
Seperti saat pertunjukan air mancur pada Sabtu (7/8) malam lalu, ratusan pelaku UMKM yang membuka lapak di area kawasan Taman Sri Baduga meraih omzet hingga miliaran rupiah.
Sekretaris Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta, Eka Sugriana, menyebutkan bahwa pertunjukan air mancur yang dikunjungi ribuan wisatawan dari berbagai daerah berdampak positif terhadap pengembangan perekonomian
Sebanyak 120 pelaku UMKM yang saat itu berpartisipasi dalam kegiatan wisata kuliner di akhir pekan meraup keuntungan. Berdasarkan data Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta, omzet Rp1,7 miliar berhasil diraih ratusan UMKM selama pertunjukan air mancur tersebut.
Besarnya angka itu dihasilkan dari berbagai terjualnya produk UMKM yang meliputi kuliner, kerajinan tangan, dan berbagai produk kreatif lainnya.
Berbagai barang dagangan mereka diserbu puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai daerah yang menyaksikan pertunjukan air mancur menari di Purwakarta.
Hal tersebut sesuai dengan proyeksi Pemkab Purwakarta yang memanfaatkan pertunjukan air mancur untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan, sekaligus mendongkrak peningkatan perekonomian masyarakat dan perekonomian daerah.
Meski pertunjukan air menari di Taman Air Mancur Sri Baduga dapat berdampak terhadap pengembangan perekonomian, salah satu destinasi wisata di wilayah perkotaan Purwakarta ini tidak digelar secara rutin setiap akhir pekan. Kondisi itu terjadi karena kendala teknis, seperti kurangnya pasokan air saat musim kemarau lalu.
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Purwakarta mencatat diperlukan air sebanyak 15.000 meter kubik untuk mendukung pertunjukan air mancur di Taman Sri Baduga. Air sebanyak itu setara dengan jumlah air untuk mengairi persawahan seluas 4.116 hektare.
Oleh karena itu, sepanjang musim kemarau– seperti selama beberapa bulan terakhir–tidak ada pertunjukan air mancur karena airnya diprioritaskan untuk mengairi areal persawahan di wilayah Purwakarta.
Menari pada pergantian tahun
Pemerintah Kabupaten Purwakarta memang tidak mau melewatkan momentum kolaborasi pertunjukan air mancur Taman Sri Baduga dengan UMKM dalam pengembangan ekonomi daerah dan perekonomian masyarakat sehingga pada pergantian tahun nanti, pertunjukan air mancur menari akan ditampilkan.
Dibukanya Taman Sri Baduga pada momentum malam Tahun Baru 2024 nanti menjadi pilihan tersendiri bagi masyarakat yang ingin berlibur.
Saat ini serangkaian persiapan telah dilakukan untuk membuka kembali maskot destinasi wisata di Purwakarta, pertunjukan air mancur menari.
Momentum pergantian tahun itu dianggap sebagai bagian dari kesempatan Pemkab Purwakarta untuk menggerakkan perekonomian masyarakat, khususnya para pelaku UMKM di daerah ini.
Selain itu, dengan dibukanya pertunjukan air mancur menari bakal mendongkrak kunjungan wisatawan ke daerahnya. Sebab, pada tahun ini, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Purwakarta, mematok target kunjungan wisatawan di Purwakarta mencapai 2,5 juta orang.
Sedikitnya ada 62 tujuan wisata di wilayah itu, yang terdiri atas wisata alam dan buatan, sisanya berupa wisata kuliner, religi, dan edukasi.
Objek wisata di Purwakarta tersebar di sejumlah daerah, namun yang cukup populer ialah wisata di Kecamatan Jatiluhur, Wanayasa, dan pertunjukan air mancur menari di wilayah perkotaan.
Secara geografis, Purwakarta yang berada di antara Jakarta dan Bandung diuntungkan untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan dari berbagai daerah. Artinya ada kesempatan untuk “membelokkan” wisatawan yang akan berwisata ke Jakarta dan ke Bandung. Dibutuhkan kelihaian pemkab dan pengelola wisata untuk menarik wisatawan.
Sebelum menjadi Taman Sri baduga, taman ini adalah sebuah danau yang cukup luas berbentuk bulat, kemudian disebut Situ Buleud.
Situ Buleud dibuat atas gagasan Bupati R.A. Suriawinata. Pembuatannya berlangsung antara tahun 1830 hingga pertengahan tahun 1831.
Di antara tujuan dibuatnya Situ Buleud ialah sebagai sumber air bagi kepentingan pemerintah dan masyarakat Purwakarta. Air dari Situ Buleud, antara lain, digunakan untuk keperluan ibadah dan kegiatan lain di Masjid Agung.
Tujuan lainnya ialah sebagai tempat rekreasi. Karena itu, di tengah Situ terdapat bangunan tradisional sejenis bangunan gazebosebagai tempat istirahat (pasanggrahan).
Pembangunan Situ Buleud dengan tujuan tempat rekreasi itu boleh jadi berkaitan erat dengan salah satu hak istimewa bupati, saat itu, yaitu hak untuk menangkap ikan di sungai atau danau. Hak istimewa itu merupakan bagian dari gaya hidup bupati waktu itu.
Dalam kenyataannya, yang menangkap ikan bukan bupati, melainkan masyarakat. Dalam acara itu, bupati menempati pasanggrahan yang berada di tengah situ, menyaksikan sejumlah rakyatnya menangkap ikan. Acara itu biasanya dimeriahkan dengan iringan gamelan.
Sekarang, bangunan pasanggrahan di tengah situ sudah lenyap. Demikian pula acara menangkap ikan juga sudah tiada lagi. Namun sampai sekarang Situ Buleud tetap menjadi “penanda” ataulandmark Purwakarta.
Kini, Situ Buleud menjadi Taman Air Mancur Sri Baduga yang terkenal dengan keindahan air mancurnya yang menari-nari sesuai dengan irama musik yang menggema.
Seiring dengan pertunjukan air mancur, para pelaku UMKM yang menjajakan barang dagangannya di kawasan Taman Sri Baduga pun ikut menari kegirangan karena setiap ada pertunjukan air mancur, mereka juga meraup keuntungan.