Wto Sport – Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Heru Kristiyana mengatakan bahwa sektor keuangan di Indonesia perlu mengadopsi strategi yang responsif dan adaptif dalam menghadapi berbagai tantangan.
Menurut dia, fleksibilitas dalam mengembangkan strategi bisnis, mendiversifikasi risiko, dan berinvestasi pada teknologi menjadi kunci agar industri keuangan Indonesia tetap relevan di tengah tantangan dinamika global.
“Perubahan dan ketidakpastian itu harus kitaantisipasi dan kita bisa berubah. Kita harus bisa antisipasi, kalau perlu ya kita banting setir mengubah bisnis kita,” kata Heru dalam seminar Indonesia Financial Sector Outlook 2024 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat.
Heru menjelaskan, dunia tengah dihadapkan pada suatu ketidakpastian perekonomian, yang utamanya disebabkan oleh faktor geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah yang sedang memanas.
Selain itu, tingginya suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed dalam waktu yang cukup lama (higher for longer) juga mempunyai dampak risiko terhadap sektor keuangan, khususnya di Indonesia.
Menurutnya, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan di level 6 persen dapat mempengaruhi likuiditas pasar dalam jangka waktu tertentu. Hal itu kemungkinan dapat mempengaruhi kinerja industri asuransi.
“Kalau negara emerging pernah mencapai 6,8 persen pertumbuhan ekonominya, di tahun 2024 IMF memproyeksikan hanya 4 persen. Dan kemudian di ekonomi dunia yang pernah mencapai 6,3 persen di puncaknya, IMF memproyeksikan hanya menjadi 2,9 persen. Dan juga di negara advanced economy itu hanya 1,4 persen,” ujar Heru.
Tantangan lain yang perlu diwaspadai yakni perkembangan teknologi yang menyebabkan jangkauan layanan keuangan menjadi semakin luas, mengubah preferensi konsumen serta meningkatkan efisiensi dan daya saing pelaku industri perasuransian.
Perkembangan teknologi yang pesat dalam lanskap industri keuangan memacu para pelaku industri untuk terus berinovasi dan mengembangkan kualitas sumber daya manusianya (SDM) di bidang teknologi.
Selain itu menurut Heru, para pelaku industri perlu mengimbangi perkembangan teknologi dengan meningkatkan capital expenditure (capex) yang lebih tinggi agar mampu bertahan.
“Jadi memang ini (teknologi) terus menjadi perhatian karena tidak mudah bagi industri keuangan kita, termasuk asuransi. Tantangannya memang tidak mudah ya, tantangan mengenai teknologi itu ujung-ujungnya memang capex,” jelasnya.
Khususnya dalam industri asuransi, Heru memberikan imbauan kepada para pelaku industri untuk lebih memahami digitalisasi melalui akselerasi penggunaan teknologi informasi dalam pemasaran produk dan operasional perusahaan.
Ia juga menjelaskan adanya ancaman serangan siber yang rentan menyerang industri keuangan. Oleh karena itu, penguatan infrastruktur Teknologi Informasi (TI), peningkatan SDM di bidang teknologi serta perluasan kerja sama dinilai dapat memitigasi risiko siber yang mampu mengganggu operasional perusahaan.
“Keamanan data menjadi hal penting dan dapat dilakukan melalui optimalisasi penggunaan cloud, pengembangan manajemen data dan analitik, dan intergrasi teknologi baru seperti blockchain dan AI,” pungkasnya.