Mengapa 99.5% Pendapatan Game di Indonesia
wtosport.com – Halo, para pencinta game! Selamat datang di wtosport, tempatnya update seru seputar dunia game yang bikin dompet bolong tapi hati senang. Bayangin, bro: tiap bulan kamu top-up 200 ribu buat diamond, skin, atau battle pass. Dari 200 ribu itu, cuma 1 ribu yang nyanyi di kantong developer lokal. Sisanya? Langsung terbang ke China, Korea, Amerika. Kayak kirim duit lewat Western Union, tapi tanpa ucapan “terima kasih”. Sakit, kan? Nah, hari ini gue ajak kamu jalan-jalan ke balik layar: kenapa duit kita lari, dan gimana caranya biar balik ke Indonesia. Siapin kopi, kita mulai!
Duit Kita Naik Pesawat Kelas Bisnis
Setiap kali kamu beli bundle Free Fire, diamond ML, atau primogem Genshin, server langsung kirim “terima kasih” ke luar. Developer lokal? Cuma dapat remah-remah iklan atau royalti 0,5 %. Gue pernah ngitung: kalau 10 juta pemain Indo top-up rata-rata 50 ribu sebulan, itu 500 miliar. 99,5 %-nya ke luar = 497,5 miliar ngacir. Bisa bikin 50 studio baru, bro!
Kenapa Lokal Selalu Jadi Penonton?
1. Game Impor Kayak Artis Hollywood
Mobile Legends, PUBG, Genshin—mereka punya budget ratusan miliar, iklan di TV, endorse seleb TikTok. Game lokal? Budgetnya sering cuma dari tabungan orang tua + pinjaman bank. Hasilnya, kita pilih yang “kinclong” dulu.
2. Duit Investor Malu Masuk
Investor lokal takut. “Game? Risiko tinggi, bro.” Ditambah bajakan masih jadi budaya—beli Steam 700 ribu, download crack 5 menit. Siapa mau taruh duit?
3. Aturan Ribet, Pajak Gila
Mau bikin PT game? 27 dokumen, 3 bulan. Pajak PPN 11 %, royalti 20 %. Studio luar? Cuma bayar Google/Apple 30 %, selesai. Bandingkan sama Singapura: pajak 0 % buat startup 3 tahun pertama.
4. Talenta Banyak, Sekolah Kurang
Kita punya 100 ribu anak muda jago Unity, tapi kampus masih ngajarin Pascal. Hasilnya? Lulusan langsung kabur ke Shopee atau Gojek—gaji 15 juta vs studio indie 4 juta.
5. Internet Desa Masih 2G
Di Jakarta 1 Gbps, di kampung 2 Mbps. Game 2 GB? Download 3 hari. Akhirnya main game ringan dari luar yang servernya di Singapura.
Dampaknya? Bukan Cuma Dompet Bolong
- Pajak nol → negara kehilangan ratusan miliar.
- Anak muda nganggur → 10.000 lowongan programmer game gak terisi.
- Rupiah lelet → tiap dollar naik, top-up naik.
- Budaya hilang → kita main ninja, samurai, cowboy—kapan main Jaka Tarub?
Solusi? Bukan Cuma Omong Kosong
1. Duit Pemerintah Turun Gunung
Bikin “Dana Game Nasional” 500 miliar. Tiap studio dapat seed 50-200 juta, balik modal lelet, gak apa—yang penting lahir.
2. Pajak Khusus “Game Keren”
PPh studio indie 5 % selama 5 tahun. PPN digital 5 %. Singapura bisa, kita juga bisa!
3. Bajakan = Penjara Beneran
Satu orang kena 5 tahun, langsung pada takut. Gue yakin 1 bulan bajakan turun 70 %.
4. Sekolah Game Gratis
Kampus + Dicoding bikin bootcamp 6 bulan, lulus langsung kerja. Biaya ditanggung pemerintah—balik modal 2 tahun.
5. Internet Desa 50 Mbps
Satelit Starlink + tower desa. 2 tahun lagi, nenek di kampung bisa raid Necrozma bareng cucu.
6. Promo Gila-Gilaan
Tiap Jumat malam, RCTI tayangin trailer game lokal 5 menit. TikTok kasih hashtag #MainKaryaAnakNegeri, 10 juta views gratis.
Game Lokal yang Udah Buktiin Bisa
- DreadOut → horor Indo ditakuti dunia, sampe dibikin film.
- Coffee Talk → ngopi bareng elf, laris di Steam, 1 juta kopi.
- A Space for the Unbound → nostalgia 90-an, menangis di pixel.
- Coral Island → Stardew Valley versi Bali, Kickstarter 2 juta dollar.
Mereka bukti: duit ada, bakat ada, pasar ada. Tinggal kita kasih bensin.
Penutup: Saatnya Uang Kita Pulang Kampung
Bayangin 5 tahun lagi: kamu top-up 100 ribu, 70 ribu masuk kantong developer Bandung, 20 ribu buat pajak, 10 ribu buat server Jakarta. Anak tetangga jadi programmer, gaji 25 juta, traktir se-RT. Itu bukan mimpi—itu rencana. Mulai hari ini, coba satu game lokal. Besok, ceritain ke temen. Kita ubah 99,5 % jadi 50 %, lalu 20 %, lalu 0 % lari. Siap?
Penasaran sama kabar gaming terbaru? Yuk, kunjungi wtosport.com, portal berita game Indonesia yang selalu update dengan info terkini, tips, dan trik buat bikin pengalaman gaming-mu makin maksimal. Jangan lewatkan kesempatan untuk jadi bagian dari komunitas gamer terkece di Indonesia. Ayo, gaspol dukung game lokal—biar duit kita nyanyi di sini!
