Wto Sport – Maverick Vinales sedang berada di atas angin setelah performa kuat yang ditunjukkannya pada awal musim MotoGP 2024.
Akhir pekan lalu, Vinales menyapu bersih seri balap ketiga MotoGP Americas dengan pole position (plus rekor waktu lap yang baru) serta kemenangan pada sprint dan balapan grand prix.
Vinales menjadi pembalap pertama musim ini yang mampu memborong kemenangan sprint dan balapan dalam sebuah seri.
Selain itu, bukan di Circuit of The Americas saja Vinales tampil kuat.
Juara Dunia satu kali itu juga melesat pada seri sebelumnya di Portugal dengan hasil kemenangan sprint dan hampir podium kalau tidak terjatuh pada hari Minggu.
Kemenangan Vinales pada balapan MotoGP Americas, Minggu (14/4/2024), makin impresif karena diraih dengan merangsek dari belakang.
Sempat melorot ke posisi ke-11 karena terdorong pembalap lain di tikungan pertama, Vinales hanya butuh 13 lap untuk mengambil alih posisi pertama dalam balapan berdurasi 20 lap itu.
Minus Marc Marquez yang jatuh sendiri, Vinales menyalip sembilan pembalap. Ini termasuk para jagoan seperti Francesco Bagnaia, Jorge Martin, dan Pedro Acosta.
Padahal menyalip bukan pekerjaan mudah di MotoGP.
Teknologi yang makin mutakhir membuat pembalap bisa tampil habis-habisan dalam pengereman, salah satu momen penting untuk menyalip lawan.
Bagi Vinales, masalah ini makin terasa besar, setidaknya sebelum dia bergabung dengan Aprilia pada pertengahan 2021 silam.
Seringkali pace bagus saat tes pramusim hingga latihan bebas tidak dapat diterapkan pembalap yang akhirnya sering disindir sebagai Juara Dunia tes pramusim.
Bahkan kemenangan terakhir Vinales di MotoGP, mengesampingkan sprint, terjadi tiga tahun yang lalu, tepatnya saat balapan MotoGP Qatar.
Sekarang, tidak lagi. Aprilia berhasil memberikan senjata yang melengkapi perbekalan Vinales untuk mengejar hasil terbaik dalam sesi paling penting yakni balapan.
“Semua orang tahu dengan sangat baik bahwa dulu saya mengalami kesulitan untuk berada dekat dengan para pembalap lain.”
Vinales menguraikan bahwa motor Aprilia RS-GP yang baru makin memungkinkannya untuk mengalahkan rival dalam pengereman.
“Dengan cara memiliki motor sekarang dan dapat melewati batas dengan pengereman, tentu tidak mudah untuk menyalip, tetapi saya bisa mencoba dan itu fantastis,” ucapnya.
“Saya punya senjata untuk mencobanya dan itu sesuatu yang besar. Sudah pasti kita tidak bisa selalu start dan memimpin lomba sejak tikungan pertama.”
“Jadi kita harus berjuang dan semua pembalap mengerem dengan terlambat dan berjuang, tetapi saya di sana ikut berjuang.”
“Itu hal yang fantastis dan di Aprilia kami juga berusaha keras untuk memahami di mana kami bisa menyalip dan bagaimana.”
Performa kuat pada awal musim membuat Vinales diperhitungkan dalam peta persaingan untuk perburuan gelar juara.
Vinales merangsek ke peringkat tiga klasemen dengan 56 poin. Dia terpaut 24 poin dari Jorge Martin di puncak klasemen sementara.
Tentunya, perjuangan Vinales belum berakhir.
Sebagaimana kredo yang diyakini mayoritas penghuni paddock, kejuaraan baru benar-benar dimulai di tur seri Eropa, dimulai dari seri keempat MotoGP Spanyol pada 24-26 April nanti.
Kemampuan Vinales juga akan diuji semenjak Sirkuit Jerez yang menjadi venue bukan trek yang bersahabat baginya.
Sejak debut grand prix-nya pada 2011, Vinales cuma dua kali meraih podium GP Spanyol dengan kemenangan di kelas Moto3 pada 2013 dan posisi ketiga di kelas MotoGP pada 2019.
Vinales percaya diri karena merasa sudah menemukan gaya berkendara yang natural dengan motor Aprilia RS-GP walau bukan berarti terbawa euforia.
“Kita harus ingat bahwa esok kami harus berlatih lagi. Kami tidak boleh rileks karena pembalap lain berusaha sangat keras,” ucapnya.
“Saya siap untuk itu dan saya ingin menikmatinya,” pungkas pembalap yang dikenal cepat saat suasana hatinya bagus. Dan dia kini sedang bahagia.