Wto Sport – Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang merupakan sinergi antara pemerintah dan badan usaha sektor pertambangan, turut mendongkrak kesejahteraan petani kakao di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Program yang dikembangkan PT Berau Coal tersebut, bertujuan meningkatkan kapasitas petani kakao, mengembangkan inovasi teknologi dan mendukung keberlanjutan industri kakao di Indonesia dengan produksi yang melimpah dan berkualitas.
“Pemerintah dan swasta perlu bersinergi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao Indonesia. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan Indonesia dapat menjadi salah satu produsen kakao terbesar di dunia,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam rilis yang dikutip di Jakarta, Sabtu.
Dalam Program PPM tersebut, Berau Coal melakukan pendampingan di Kampung Rantau Panjang, Berau, Kalimantan Timur, dengan memberikan pelatihan tentang teknik budidaya dan pengolahan biji kakao untuk meningkatkan nilai jual.
“Program budidaya kakao telah dimulai sejak 2010. Program ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan menciptakan lapangan kerja baru,” ucap Social Enterprise Coordinator Berau Coal Yandi Rama Krisna.
Program tersebut dilaksanakan oleh Berau Cocoa, anak perusahaan Berau Coal, di lahan seluas 600 hektare dengan melibatkan 184 petani.
Menurut data Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, pada periode 2018-2019, terdapat sekitar 1.200 hektare kebun kakao.
Namun, saat dilakukan proses peremajaan data pada Oktober 2023, tersisa hanya 500 hektare dan sisanya seluas 700 hektare telah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit.
“Tugas kami agar petani bisa kembali dan mengembangkan kakao menjadi lebih besar. Sudah jelas pasarnya 7.000 ton dan baru terpenuhi 100 ton di Berau,” terang Yandi.
Menurut dia, pelatihan budi daya kakao yang diberikan kepada para petani meliputi cara memilih bibit kakao yang baik, menanam kakao, merawat kakao, hingga cara memanen kakao.
Selain pelatihan teknis, petani kakao juga mendapatkan pendampingan pemasaran agar dapat menjual produknya dengan lebih baik.
“Tugas kami agar (petani kakao) bisa berbudi daya kakao hulu hilir, mendampingi, lalu mempromosikan, sehingga kakao menjadi produk unggulan,” tambah Yandi.
Selain dipasok ke industri kakao, biji kakao juga dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar perusahaan dengan warga binaan Berau Coal turut membantu mengoordinasikan produk dan memasarkannya di Rumah Kemas Batiwakkal.
“Di sini ada 55 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang turut memasarkan produknya, sebagian berbahan kakao, tapi ada juga dari bahan lain,” terang Yandi.
Sementara itu, Senuddin, petani binaan Berau Coal di Kampung Rantau Panjang, menyampaikan bahwa program pemberdayaan pengolahan kakao dari hulu ke hilir Berau Coal telah memberikan dampak positif bagi para petani kakao di Kabupaten Berau.
Para petani kakao kini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam mengelola kakao.
Selain itu, program ini juga telah meningkatkan pendapatan para petani kakao, karena meningkatnya harga jual kakao di Kabupaten Berau.
“Program PPM budidaya kakao ini bermanfaat bagi kami. Kami mendapatkan bibit kakao berkualitas, pelatihan budidaya kakao, dan pendampingan pemasaran. Hal ini membantu kami untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kakao kami,” kata Saenuddin.
Selain budidaya kakao, Berau Coal juga membangun Politeknik Sinar Mas Berau, yang berfokus pada pengembangan pendidikan dan peningkatan peluang ekonomi di Kabupaten Berau untuk membantu mewujudkan tenaga kerja lokal yang andal dan profesional.
Politeknik tersebut menjadi salah satu perguruan tinggi, yang banyak diminati pelajar di Berau untuk membantu percepatan kemajuan program akademik.