Wto Sport – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ada empat peranan gas bumi sebagai komoditas yang memiliki nilai sangat strategis.
Pertama, untuk mendukung ketahanan energi.”Gas itu dilihat sebagai sumber energi untuk mendukung ketahanan energi,” kata Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas Rayendra Sidik saat diskusi media “Tata Kelola dan Optimalisasi Gas Bumi Indonesia” di Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu.
Berikutnya kedua, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rayendra mengatakan gas bumi dapat dijadikan sebagai bahan baku bagi industri pupuk, petrokimia, plastik, methanol, dan gas alam cair (LNG).
“Mendukung pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai bahan baku gas tidak hanya dibakar tetapi istilahnya kita tambahkan added value seperti dari gas diubah menjadi amonia, amonia jadi pupuk,” tuturnya.
Selanjutnya ketiga, gas bumi juga berperan dalam mendukung transisi energi.
“Ini sudah disampaikan di level kerja sama internasional bahwa ke depannya ini industri-industri migas itu akan menjadi perusahaan energi dan akan bertransisi menggunakan secara penuh energi terbarukan, energi yang clean tetapi sebelum mereka mencapai itu mereka harus tetap menjamin ketersediaan energi bagi customer, dan menjamin ketersediaan itu mereka menggunakan energi yang lebih bersih dibandingkan energi minyak bumi, yaitu energi gas,” kata Rayendra.
SKK Migas mencatat bahwa lebih dari 50 persen penemuan sumur eksplorasi dalam 1 dekade terakhir lebih banyak berupa gas. Selanjutnya, rata-rata 70 persen rencana pengembangan (plan of development/POD) merupakan lapangan gas. Selain itu, berdasarkan BP Outlook 2021, reserves to production gas Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi.
Terakhir, gas bumi sebagai sumber penerimaan negara.
“Ini di zaman tahun 1970-an, 1980-an memang industri migas ini jadi sumber penerimaan negara. Kalau saya lihat catatannya ada di suatu waktu APBN kita 68 persen dari sini tetapi sekarang kita sudah tidak sebesar itu lagi hanya sekitar 30-an persen,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pekerjaan rumah (PR) selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan penggunaan gas di dalam negeri sesuai visi jangka panjang SKK Migas, yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.
“PR berikut yang harus kami kerjakan untuk bisa men-develop bagaimana penggunaan gas dalam negeri supaya lebih banyak digunakan di dalam negeri supaya menjadi added value yang lebih signifikan dan juga harapannya kalau sudah added value itu bisa membantu meningkatkan perekonomian di Indonesia secara umum,” ucap Rayendra.
Adapun, beberapa cara yang dilakukan, di antaranya mengoptimalkan produksi lapangan eksisting, mentransformasi sumber daya kontinjen ke produksi, mempercepat chemical enhanced oil recovery (CEOR), dan eksplorasi untuk penemuan besar.